Di era digital yang serba cepat, keberhasilan sebuah bisnis sangat bergantung pada strategi funnel marketing pemasaran yang diterapkan. AGE Strategic, sebuah agensi pemasaran digital terkemuka, telah membuktikan bahwa pendekatan omnichannel bisa menjadi solusi untuk meningkatkan penjualan secara signifikan. Dalam studi kasus ini, kita akan membahas bagaimana AGE Strategic berhasil menaikkan sales dari salah satu klien mereka yang merupakan supplier daging hingga 41% melalui berbagai channel, termasuk iklan di Tokopedia, Shopee, media sosial, live shopping, dan penjualan B2B offline.
Apa Itu Funnel Marketing?
Sebelum masuk ke dalam detail strategi yang digunakan, penting untuk memahami konsep funnel marketing. Funnel marketing adalah pendekatan sistematis dalam memandu calon pelanggan melalui tahapan tertentu, mulai dari kesadaran hingga keputusan membeli. Funnel ini terdiri dari tiga tahap utama:
- Top of the Funnel (TOFU): Menarik perhatian dan meningkatkan kesadaran.
- Middle of the Funnel (MOFU): Membangun minat dan pertimbangan.
- Bottom of the Funnel (BOFU): Mengubah minat menjadi tindakan pembelian.
AGE Strategic berhasil mengoptimalkan setiap tahap funnel ini menggunakan strategi omnichannel. Mari kita lihat lebih dalam bagaimana mereka melakukannya.
Funnel Marketing: Strategi Omnichannel yang Dilakukan
AGE Strategic memanfaatkan berbagai platform untuk menciptakan pengalaman pemasaran yang terintegrasi dan saling melengkapi. Berikut adalah beberapa channel utama yang mereka gunakan:
- Iklan di Tokopedia & Shopee
- Social Media Marketing
- Live Shopping
- B2B Offline Sales
Setiap channel ini berperan penting dalam memperkuat funnel marketing klien mereka. Berikut adalah rincian dari masing-masing channel.
1. Funnel Marketing: Iklan di Tokopedia & Shopee
AGE Strategic memulai dengan kampanye iklan yang kuat di dua platform e-commerce terbesar di Indonesia: Tokopedia dan Shopee. Dengan target audiens yang spesifik dan penggunaan kata kunci yang relevan e.g daging sapi 1 kg, rawon daging sapi, dari riset yang dilakukan pada Google Keyword Planner. iklan ini berfungsi sebagai alat untuk menarik pelanggan baru ke bagian atas funnel (TOFU).
Data & Statistik:
- CTR (Click-Through Rate): 5.2% (Tokopedia), 4.8% (Shopee)
- ROAS (Return on Ad Spend): 7:1 di Tokopedia, 6.5:1 di Shopee
- Peningkatan traffic: 35% di Tokopedia, 32% di Shopee
2. Funnel Marketing Social Media Marketing
AGE Strategic kemudian memperkuat kampanye mereka dengan memanfaatkan platform media sosial seperti Instagram dan Facebook. Konten yang digunakan meliputi post feed, story, hingga konten video yang menarik, serta bekerja sama dengan KOL (Key Opinion Leader) untuk meningkatkan kesadaran merek.
Statistik Media Sosial:
- Engagement Rate: 2.7% di Instagram, 3.9% di Facebook
- Peningkatan followers: 15% (Instagram), 10% (Facebook)
3. Funnel Marketing: Live Shopping
Untuk melibatkan pelanggan lebih lanjut, AGE Strategic juga memanfaatkan tren live shopping. Dengan menggunakan fitur live di Shopee dan Tokopedia, serta Instagram, klien mereka dapat berinteraksi langsung dengan calon pelanggan, memberikan demonstrasi produk, dan menawarkan promo khusus yang menarik.
Data Live Shopping:
- Konversi: 5-15% dari penonton menjadi pembeli (langsung dan tidak langsung)
- Peningkatan penjualan harian: 20% selama sesi live
4. Funnel Marketing: B2B Offline Sales
Tidak hanya fokus pada penjualan online, AGE Strategic juga membangun channel penjualan B2B offline. Dengan bekerja sama dengan restoran, hotel, dan katering, mereka memastikan klien mendapatkan saluran distribusi yang lebih luas dan stabil. Melalui database management, dan lead generation yang dihasilkan, AGE Strategic melakukan sales funneling ke prospek yang berpotensi untuk diajak kerjasama.
Data B2B Sales:
- Pertumbuhan klien B2B baru: 2 klien besar dalam 6 bulan
- Kontribusi terhadap total penjualan: 30%
Analisis Hasil: Kenaikan Penjualan 41%
Setelah menjalankan strategi omnichannel ini selama 6 bulan, klien AGE Strategic berhasil meningkatkan penjualan mereka sebesar 41%. Mari kita lihat lebih detail hasil dari setiap channel dalam tabel di bawah ini.
Channel | Peningkatan Penjualan | Kontribusi Terhadap Total Sales |
---|---|---|
Tokopedia | 15% | 10% |
Shopee | 35% | 75% |
Social Media | 1% | 5% |
Live Shopping | 60% | 10% |
B2B Offline Sales | 20% | 100% (total Sales offline) |
Grafik: Distribusi Penjualan Berdasarkan Channel
Berikut adalah grafik yang menggambarkan distribusi penjualan berdasarkan channel setelah menjalankan strategi omnichannel
Kesimpulan dan Takeaways
Funnel marketing yang dioptimalkan melalui strategi omnichannel terbukti efektif dalam membantu klien AGE Strategic meningkatkan penjualan hingga 41%. Beberapa takeaways utama dari studi kasus ini adalah:
- Diversifikasi Channel Penjualan: Menggunakan berbagai channel memastikan bahwa bisnis dapat menjangkau lebih banyak audiens potensial.
- Kombinasi Online dan Offline: Menggabungkan strategi online dan offline dapat memperkuat funnel marketing.
- Live Shopping sebagai Game Changer: Live shopping tidak hanya meningkatkan penjualan, tetapi juga memperkuat hubungan dengan pelanggan.
- Pentingnya Data dan Optimasi: Menggunakan data untuk mengukur performa setiap channel dan melakukan optimasi yang terus menerus sangat penting untuk mencapai hasil yang maksimal.
Dengan strategi yang tepat, funnel marketing dapat menjadi alat yang sangat kuat untuk meningkatkan penjualan dan membawa bisnis ke level berikutnya.
Penutup
Artikel ini menunjukkan bagaimana strategi omnichannel yang dirancang dengan baik dapat menghasilkan dampak signifikan pada penjualan. AGE Strategic telah membuktikan bahwa dengan pendekatan yang terstruktur dan penggunaan data yang tepat, bahkan industri yang kompetitif seperti supplier daging pun dapat mencapai pertumbuhan yang signifikan. Jadi, bagi para pemilik bisnis di luar sana, sudahkah Anda mengoptimalkan funnel marketing Anda?
Leave a Reply